Jakarta -Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) ditutup melemah tipis di posisi Rp 13.306 per dolar AS, dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan kemarin di Rp 13.300 per dolar AS. Hingga saat ini pelemahan rupiah sudah mencapai angka 7%.
Seperti dikutip dari data Reuters, Rabu (10/6/2015), pada awal 2015 dolar AS masih bergerak di kisaran Rp 12.400. Secara perlahan dolar AS terus menanjak, tanpa terasa kini dolar AS sudah berada di Rp 13.300 bahkan dua hari lalu sudah Rp 13.440.
Direktur Departemen Komunikasi BI Peter Jacobs mengungkapkan, kondisi rupiah saat ini membuat pemerintah dan Bank Indonesia (BI) terus berbenah. BI sendiri terus melakukan pendalaman pasar keuangan agar nilai tukar rupiah stabil.
"Pelemahan rupiah menjadi satu momen yang penting buat pemerintah dan BI untuk terus berbenah, pemerintah secara struktural, BI terus melakukan pendalaman pasar keuangan dan menciptakan stabilitas sehingga investor tidak pergi," ujarnya kepada detikFinance di Gedung BI, Thamrin, Jakarta, Rabu (10/6/2015).
Peter menjelaskan, pelemahan rupiah terjadi tak lain karena dampak dari perekonomian global. Rencana bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed) untuk menaikkan tingkat suku bunganya masih belum jelas.
"Masalah-masalah temporer segera keluar seperti ekonomi Yunani dan The Fesd, sehingga tekanan bisa diatasi. Seberapa besar pengaruhnya itu tergantung dari pendalaman pasar," katanya.
Meski begitu, Peter meyakini Indonesia dengan target pertumbuhan ekonomi yang optimis masih akan menjadi incaran investor asing menanamkan modalnya di dalam negeri.
"Karena Indonesia masih jadi darling, mereka masih sangat berminat, gejala-gejala yang terjadi sifatnya temporer, investor masih bullish, di dunia Indonesia masih tetap tempat menarik untuk investasi karena sedikit tempat di dunia yang punya pertumbuhan ekonomi yang bagus seperti Indonesia, kita optimis," pungkasnya.